Usai Belajar di Sekolah, Pelajar di Purwakarta Berangkat ke Pesantren

Foto : Pelajar Purwakarta mendalami kitab kuning.

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Usai belajar secara formal di sekolah, pelajar di Kabupaten Purwakarta langsung berangkat ke pesantren guna mendalami wawasan keagamaan. Hal ini akan menjadi kebiasaan baru para pelajar, pascapenandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dengan Kantor Kementeriaan Agama (Kemenag) Purwakarta.

MoU dibuat berkenaan dengan konsep full day school berbasis madrasah dan pesantren. Sistem pendidikan demikian, terintegrasi antara sekolah umum dengan madrasah dan pesantren.

Baca Juga  MoU Jasa Tirta II-BPKP Perkuat Akuntabilitas dan Tata Kelola Korporasi

Kepala Kantor Kementerian Agama Purwakarta H E Sutisna mengatakan, pihaknya menyambut baik kebijakan ini. Program yang ia sebut baru pertama kali diluncurkan di Indonesia ini ia nilai cocok untuk diterapkan juga di daerah lain.

“Kita sambut baik, ini pertama kali di Indonesia, saya sih berharap daerah lain mengikuti,” ujar Sutisna, Senin (11/9/2017).

Hal ini sebagai tindak lanjut Permendikbud No23 Tahun 2017 Tentang Hari Sekolah yang kemudian kerap disebut Full Day School, yang akhir-akhir ini mengundang berbagai polemik.

Baca Juga  Kebahagiaan Luthfi Nasrin Jadi Anak Angkat Bupati Purwakarta

Hasil dari MoU, siswa di Purwakarta diharuskan untuk mengikuti kegiatan di madrasah atau pesantren usai mereka menerima pelajaran di sekolah formal.

“Teknisnya, bisa dua macam, selesai jam pelajaran sekolah umum siswa kemudian ke madrasah setempat, atau guru-guru dari madrasah atau pesantrennya yang datang ke sekolah untuk mengajar. Waktunya sampai Ashar,” ujar Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi usai menandatangani MoU.

Baca Juga  Perusahaan di Purwakarta Bakal Daftarkan Warga di BPJS Kesehatan

Berkaitan dengan SDM guru madrasah dan pesantren, melalui Dinas Pendidikan, pemkab akan mengatur seleksi agar kapasitasnya terukur.

“Guru-guru dari madrasah dan pesantrennya dituntut untuk lebih kreatif. Agar para siswa tidak merasa jenuh dan tetap semangat untuk belajar,” katanya.

Ia berharap sistem ini bisa jadi pilot projek untuk diterapkan di daerah-daerah lain di Indonesia. “Kita ajukan untuk jadi pilot projek,” ujar Kang Dedi.

EDITOR : DICKY ZULKIFLY