Wapres JK Berharap Pasar Modal Indonesia Tahun Ini Lebih Baik
Foto : Wapres JK sesaat sebelum menekan tombol tanda peresmian pembukaan perdagangan saham perdana Bursa Efek Indonesia (BEI) 2017, Sabtu (7/1/2016).
JAKARTA, headlinejabar.com
Meski perekonomian dunia mengalami perlambatan, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla berharap pasar modal Indonesia lebih baik tahun ini. Salah satu strategi yang mesti ditempuh, kerja sama dan kolaborasi.
“Dengan kerja sama, kerja keras, memperbaiki seluruh sistem dengan baik, dan menjaga kepercayaan masyarakat,” ujar Wapres JK sesaat sebelum menekan tombol tanda peresmian pembukaan perdagangan saham perdana Bursa Efek Indonesia (BEI) 2017, Sabtu (7/1/2016).
Wapres menambahkan, perlambatan ekonomi terjadi hampir di seluruh negara. Tren yang terjadi di banyak negara saat ini, adalah penerapan sistem perekonomian yang lebih konservatif dan proteksionis dari yang tadinya liberal.
“Tidak mungkin yang lain proteksionis, kita terbuka begitu banyak,” ujar wapres.
Dalam sambutannya, Wapres juga meminta para pelaku modal dan usaha untuk tidak terlalu khawatir dengan gejolak politik di negara-negara besar seperti Amerika Serikat dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden yang diyakini akan berpengaruh pada iklim usaha internasional, termasuk Indonesia.
“Sebagai negara besar, tidak mungkin (Amerika Serikat) akan (bertindak) semudah itu. Jadi, kita tidak perlu khawatir dengan dasar apa yang dikatakan Trump,” tegas Wapres.
Wapres kemudian berpesan, masalah utama yang berpotensi menimbulkan gejolak adalah kesenjangan ekonomi.
Untuk itu, lanjutnya, pemerintah terus berupaya mengurangi kesenjangan ini, salah satunya dengan menurunkan suku bunga perbankan secara bertahap hingga di bawah 10 persen.
Menurut Wapres, keseimbangan antara upaya menarik orang untuk menjalankan usaha dan menarik investasi adalah sebuah keharusan.
“Saya selalu katakan, pasar modal itu penting, tetapi lebih penting lagi Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang,” ujarnya.
Wapres menuturkan, dengan hal ini kesenjangan akan terkikis dan keadilan akan tercipta. Dengan keadilan, lanjutnya, akan muncul kedamaian dan harapan yang penting bagi pertumbuhan indeks saham.
Sebelumnya, dalam paparan singkatnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad mengatakan, industri pasar modal di Indonesia pada tahun 2016 dalam kondisi yang menggembirakan dengan peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 15,32 persen.
“(Ini) merupakan rekor tertinggi dalam sejarah pasar modal di Indonesia serta tertinggi kedua di kawasan Asia Pasifik,” ungkap Muliaman.
Pasar modal, lanjut Muliaman, merupakan alternatif investasi bagi masyarakat selain juga menjadi sumber pembiayaan jangka panjang selain dari perbankan.
Pada kesempatan yang sama, dalam sambutannya Menteri Keuangan Sri Mulyani merasa gembira dengan pencapaian yang diraih oleh bursa saham di Indonesia.
Namun, Sri Mulyani berpesan, peningkatan ini diharapkan tidak hanya pada market capitalization tetapi juga pada banyaknya perusahaan yang masuk bursa.
“Tahun 2016 tercatat sebanyak 540 emiten saham. Ini meningkat dari tahun 2015 sebanyak 524, yaitu hanya sebanyak 16 emiten baru. Ini terendah dalam tujuh tahun terakhir,” tuturnya.
Dalam menghadapi ketidakpastian global, Sri Mulyani menegaskan, komposisi pertumbuhan ekonomi dari sumber pembiayaan domestik harus diperkuat. Di sinilah, menurutnya, peran investasi menjadi penting.
Pemerintah, lanjut Menteri Keuangan, terus melakukan upaya untuk memperbaiki iklim investasi, di antaranya melalui 14 paket kebijakan dan implementasinya, investasi di bidang infrastruktur, simplifikasi dan debirokratisasi, serta berbagai kebijakan untuk memacu konektivitas antar daerah di Indonesia yang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi sangat besar.
“Momentum pertumbuhan ekonomi ini tentu akan perlu untuk didukung oleh pasar modal Indonesia,” pungkasnya.
Turut hadir pada acara tersebut, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong, Direktur Utama BEI Tito Sulistio, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohammad Oemar, dan Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi, Infrastruktur, dan Kemaritiman Tirta Hidayat.
Reporter : Yusuf Stefanus
Editor : Dicky Zulkifly