Suyatno Sempat Tak Ditangani Beberapa Rumah Sakit di Purwakarta

Foto : Ilustrasi.ISTIMEWA

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Keributan terlihat di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta, siang tadi. Isak tangis terdengar, sesaat setelah petugas memboyong pasien dari dalam ambulans Klinik Asri Cianting.

Pasien bernama Suyatno (65) diyakini terkena serangan jantung. Setelah dokter memacu detak jantung menggunakan alat bantu defibrilator. Upaya medis dihentikan, setelah rekaman aktivitas elektrik jantung mulai datar dalam elektrokardiogram (EKG).

Warga Kampung Nagrak RT 18 RW 02 Desa Cianting, Kecamatan Sukatani ini salah satu pasien serangan jantung yang nyawanya tak bisa diselamatkan karena waktu.

Suyatno sebelumnya dilarikan ke Klinik Asri Cianting, dengan keluhan hilang kesadaran, pagi tadi. Mulanya keluarga mengira, Suyatno terserang struk karena tekanan darah tinggi. Namun, saat dilarikan ke rumah sakit, keluhan Suyatno lebih parah, yakni serangan jantung.

Yayan (30), putra almarhum menceritakan, Suyatno sempat dilarikan ke beberapa rumah sakit swasta maupun milik pemerintah di Purwakarta. Namun, ditolak dengan alasan kamar perawatan penuh.

Baca Juga  RSKGM Kota Bandung Tingkatkan Fasilitas Penunjang

“Jujur saya kecewa. Kecewa betul. Hati saya terpukul. RSUD Bayu Asih juga sempat menolak, saat ayah saya diboyong pertama kali ke sini,” cerita Yayan di UGD RSUD Bayu Asih Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (22/11/2016) siang tadi.

Suyatno dinyatakan meninggal pukul 13.00 WIB tadi setelah melalui perjalanan medis panjang dalam ambulans. Dari Klinik Asri Cianting, Suyatno dilarikan ke RS Siloam Hospital. Namun, rumah sakit yang sempat menyosialisasikan peralatan medis jantung tercanggih ini menolak karena penuh.

Suyatno pun diboyong ke RSUD Bayu Asih. Sama, rumah sakit milik pemerintah daerah ini tidak melayani dengan alasan sama. Pihak RSUD tidak menerima konfirmasi rujukan dari Klinik Asri Cianting, sebagai prosedur medis yang ada.

Akhirnya, Suyatno dilarikan ke RS Amira, RS Ramahadi, RS Bhakti Husada. Ketiga rumah sakit swasta ini hanya satu yang merespon. Yakni rumah sakit terakhir kali disebut, RS Bhakti Husada.

Baca Juga  Petugas TPA Cikolotok Purwakarta Ngeluh Sering Tertusuk Limbah Jarum Suntik

“Justru di RS Bhakti Husada, pasien mendapatkan penanganan. Namun tidak sampai perawatan. Karena fasilitas kurang. Pasien direkomendasikan ke RSUD Bayu Asih,” kata Kurniawan (30), sopir ambulans Klinik Asri Cianting.

Kedua kalinya, Suyatno diantar ke RSUD Bayu Asih. Namun, saat tiba di depan pintu UGD Bayu Asih, Suyatno menghembuskan nafas terakhir. Keluarga sempat marah, sebelum petugas melakukan tindakan medis.

“Kecewa, yang namanya rumah sakit tanggap dalam penanganan pasien darurat. Namanya juga darurat, yang penting diperiksa dulu gmana caranya pasien selamat. Pas pertama tidak dilayani, sekarang sudah terlambat,” kata Yayan usai mengurus administrasi Suyatno.

Selama perjalanan, Suyatno memakan waktu lebih dari dua jam. Sehingga, selain karena telatnya tindakan medis, pasien serangan jantung diyakini tak akan selamat di atas waktu 15 menit.

Baca Juga  Sayangi Diri Kuatkan Imun, Minum D'Jahe King

Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Bayu Asih Purwakarta dr Deni Darmawan mengakui, pihaknya sudah berupaya maksimal. Berkenaan dengan penanganan yang tidak sempat dilakukan saat pasien pertama kali datang, Deni menyebut, itu hanya masalah komunikasi.

“Ada sedikit kesalahan prosedur merujuk. Harusnya Klinik Asri Cianting itu, menghubungi kami. Sehingga di sini melakukan persiapan. Termasuk dengan kamar penuh, itu bisa diupayakan saat ada pemberitahuan,” kata dr Deni.

Pihaknya meminta maaf jika memang keluarga menganggap RSUD bersalah. Hanya saja, jika dilihat dari kronologis, pasien tidak langsung dirujuk ke RSUD, melainkan ke RS yang lain. Saat tiba di RSUD, pasien sudah meninggal.

“Pasien saat datang sudah dalam keadaan jantung berhenti. Usianya sudah di atas 60 tahun, juga memiliki keluhan hipertensi. Kami sudah berupaya maksimal,” tutup dia.

Dicky Zulkifly