Pelajar Purwakarta Biasa Salat Dhuha Sejak 2008

Foto : Pelajar Purwakarta menjalankan konsep pendidikan berkarakter dengan membiasakan salat Dhuha sebelub pelajaran dimulai.

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Konsep pendidikan berkarakter telah diberlakukan di Purwakarta sejak 2008 silam. Aneka macam program pendidikan telah digulirkan untuk menunjang implementasi konsep tersebut, di antaranya pembiasaan salat Dhuha bagi seluruh pelajar yang beragama Islam.

Sebelum jam pelajaran yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, para pelajar di Purwakarta terlebih dahulu melaksanakan salat Dhuha dengan bimbingan guru di sekolah setempat.

Pembiasaan ini sebenarnya dimulai sejak pukul 6.00 WIB sesuai dengan jam masuk sekolah yang telah ditetapkan oleh pemerintah kabupaten (Pemkab).

Setelah tadarus Alquran selama 15 menit yang dilanjutkan dengan membersihkan kelas selama 15 menit pula, para pelajar dibimbing oleh guru untuk bersama-sama melaksanakan salat yang dipercaya dapat mendatangkan rezeki tersebut.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengungkapkan, alasan dirinya memberlakukan kebijakan pembiasaan tersebut. Bupati yang tengah menjalani masa jabatan untuk periode yang kedua ini mengatakan dalam kaidah keilmuan terdapat dua unsur utama yang tidak bisa dipisahkan.

Baca Juga  Banyak Kegiatan Pendidikan Jenjang Menengah Atas Terbengkalai di Purwakarta

Foto : Pelajar Purwakarta menjalankan konsep pendidikan berkarakter dengan membiasakan salat Dhuha sebelub pelajaran dimulai.

Pertama menurut dia adalah kaidah ilmu yang diperoleh secara material melalui perantara guru, alat peraga mata pelajaran, dan metoda klasikal yang selama ini dijalankan. Sementara yang kedua adalah kaidah ilmu yang diperoleh secara spiritual melalui proses transendensi yang dijalani oleh pelajar di sekolah sehingga melahirkan transformasi energi dalam ruang batin para pelajar.

“Kalau ini tidak dilakukan, maka nalar spiritual anak-anak kita tidak akan pernah bisa terasah. Kelemahan sistem pendidikan kita ini kan tidak aplikatif, jadi cara ini kami tempuh agar pelajar mampu menangkap pelajaran dalam suasana kebatinan yang nyaman,” elas Dedi sebagaimana dalam rilis Humas Pemkab Purwakarta, Senin (31/10/2016).

Dedi menambahkan, terdapat dua hal yang menjadi tujuan pemberlakuan kebijakan ini. Pria yang akrab disapa Kang Dedi tersebut menegaskan bahwa setiap pelajaran di sekolah harus berujung pada proses ‘tafakur’ dan ‘tadabur’. Sehingga ada benefit yang diperoleh pelajar dalam setiap mata pelajaran yang diterimanya.

Baca Juga  Bangun Generasi Emas, Pemkab Purwakarta Perkuat Forum Anak

“Untuk membukakan hati pelajar kita agar mampu menerima pelajaran, orang Sunda menyebutnya ‘Sampurasun’, memohon dibukakan pintu, secara lahiriah tentu saja pintu rumah, tetapi secara maknawi itu maksudnya pintu hati,” terang dia.

Setelah pintu hati terbuka melalui salat Dhuha maka seluruh proses pembelajaran akan menghasilkan tafakur, instrospeksi diri ke dalam relung hati pelajar.

“Orang tua kita dulu mengenal istilah Tapa Brata, berdiam diri di ruang sempit, melakukan pencarian hakikat diri. Kemudian setelah itu dari pelajaran yang diperoleh pelajar maka lahir Tadabbur, interaksi pelajar dengan lingkungannya, dalam dunia akademik ini dikenal dengan riset atau penelitian,” kata Dedi.

Pembiasaan salat Dhuha yang dimulai pada Jam 6.30 WIB setiap pagi menurut Dedi pun memiliki nilai kerja keras karena dilakukan saat menyongsong matahari. Ia meyakini rezeki berupa Ilmu akan diperoleh para pelajar Purwakarta jika konsisten menjalankan Shalat Dhuha.

Baca Juga  Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi Pecat Pelajar Pembawa Mobil ke Sekolah

“Iya konsisten dijalankan, karena dari rezeki ilmu itu kan kelak kita peroleh rezeki material juga. Bagi non muslim, tentu ada ruang untuk itu, silakan menjadikan pagi hari sebagai ruang kontemplatif agar diri kita siap menerima pelajaran,” pungkas Dedi.

Nuansa religi tampak di SDN 1 Cibatu hari ini, para siswa terpantau mengenakan busana untuk Shalat bersiap melaksanakan Shalat Dhuha. Salah seorang siswa, Ali (8), siswa kelas 2 di sekolah tersebut mengaku setiap hari dirinya membawa peralatan shalat. Ia mengaku gembira dapat menjalankan Shalat tersebut bersama kawan-kawannya yang lain.

“Sama Pak Guru diminta bawa alat Shalat, Senang bersama teman-teman bisa Shalat bareng,” ujar Ali.

Editor : Dicky Zulkifly