Pak Ajib dan Kesuksesannya Sebagai Owner Maranggi Ajib Purwakarta

Foto : Bapak berusia 63 tahun ini bernama  R Najib Siradj atau akrab disapa Pak Ajib, sukses dengan usaha maranggi.

PURWAKARTA, headlinejabar.com

“Dalam satu tusuk maranggi, saya selalu memasukkan tiga daging. Itu ada artinya, daging pertama berarti tekad, daging kedua ucapan, dan daging ketiga memiliki makna gerak langkah kaki kita dalam berusaha,” ujar bapak berusia 63 tahun ini.

Soal tekad dan optimisme dalam menjalankan sebuah usaha, tidak ada salahnya kita belajar kepada pemilik warung sate maranggi ini. R Najib Siradj atau akrab disapa Pak Ajib, merupakan contoh pengusaha sate maranggi yang terbilang sukses di Purwakarta.

Malang melintang selama lebih dari 30 tahun, mantan buruh kontrak pada salah satu perusahaan BUMN ini bermodal kenekatan merintis usaha warung sate maranggi, berbekal sisa uang pesangon akibat pemutusan kontrak antara dirinya dengan perusahaan BUMN tersebut.

“Pertengahan tahun 1986 kontrak saya diputus oleh perusahaan. Saya menerima uang pesangon Rp308 ribu. Akhirnya, sisa belanja kebutuhan sehari-hari, saya memberanikan diri membuat usaha sate maranggi. Waktu itu dengan cara berkeliling, pakai tanggungan, belum ada warung ini,”  kenang Ajib saat ditemui di warung sate marangginya kawasan Jl Mr Dr Kusumaatmadja Purwakarta, Sabtu (15/10/2016).

Bukan keuntungan dalam berdagang keliling saat itu yang dia dapat. Mampu balik modal pun sudah menjadi sesuatu yang luar biasa. Sepi pembeli membuat dia berpindah dari Pasar Simpang, ke Pasar Rebo bahkan pernah juga berdagang sate maranggi di Pasar Jumat.

Baca Juga  Pemerintah Akan Beli Gabah Hasil Petani dengan Harga Tinggi

Foto : Sate Maranggi Paj Ajib di kawasan Jl Mr Dr Kusumaatmadja Purwakarta.

Tak jarang dagangannya banyak tersisa sehingga ia pun tak segan membagikan sate marangginya tersebut kepada setiap orang yang dia temui di jalanan secara gratis. Namun dia bubuhkan stempel dengan nama ‘Maskar’ (Masakan Karuhun) Sate Maranggi Pak Ajib pada setiap bungkus marangginya.

“Saya setiap hari mengolah 5 Kg daging, paling laku 2-3 Kg. Sisanya saya bakar saja, saya bagikan secara gratis lengkap dengan cap stempel. Saya kirimkan juga ke radio-radio di Purwakarta. Jalan kaki pak,” ungkap Ajib sebagaimana dikutip dari rilis Humas Pemkab Purwakarta.

Lama berlelaku sedemikian itu ternyata membawa berkah tersendiri bagi Ajib, beberapa waktu kemudian ia mulai banyak menerima pesanan sate maranggi resep karuhun tersebut. Sebuah perusahaan di Cikampek menjadi pemesan pertama dengan jumlah 10 ribu tusuk.

Kemudian Presiden Republik Indonesia ke 5, Megawati Soekarno Putri pun pernah memesan sate marangginya untuk sebuah acara yang mengharuskan Pak Ajib menghabiskan 50 Kg daging. Pemesanan sate maranggi Ajib pun berlanjut hingga Universitas Padjadjaran Bandung untuk makan siang sebuah acara besar di sana.

Baca Juga  Pemkab Purwakarta Tegaskan Komitmen Percepatan Digitalisasi Dunia Usaha

“Berkah sedekah intinya Pak, saat kita dalam keadaan terjepit dan sulit, solusinya ternyata bukan menabung dan menumpuk harta, tetapi memberikan apa yang kita miliki kepada orang lain. Seadanya kita. Tidak perlu ditambah atau dikurang. Sekemampuan saja,” tutur pria berkaca mata tersebut.

Pria yang mengaku sudah tujuh kali menikah ini pun sempat menceritakan asal mula Maranggi. Saat dia duduk di kelas tiga sekolah dasar, dirinya mengaku pernah melihat seseorang bernama Mak Anggi memotong daging dan menusukannya ke dalam tusukan berbahan bambu.

Ajib pun diperkenalkan oleh kedua orang tuanya kepada Mak Anggi yang berasal dari Cianting Plered tersebut. Ajib menduga dari sini awal mula penyebutan Maranggi untuk produk karuhun khas Purwakarta ini.

Resep Mak Anggi ini kemudian ia modifikasi melalui bumbu dan racikan tertentu sehingga Maranggi Ajib memiliki tekstur dan rasa yang khas jika dibandingkan dengan Maranggi lain yang diproduksi di Purwakarta. Sate Maranggi Ajib lebih concern terhadap penyerapan bumbu baik sebelum maupun sesudah dibakar, sehingga rasa dagingnya menjadi berbeda karena cenderung basah karena bumbu.

Kecintaan R Najib Siradj terhadap Maranggi seolah tidak pernah berhenti. Ia kemudian menemui Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang saat ini tengah gencar mempromosikan sektor pariwisata Purwakarta. Kepada Dedi, Ajib berujar bahwa jika ingin memajukan pariwisata maka sudah menjadi keharusan untuk melindungi aset pariwisatanya dan Sate Maranggi merupakan salah satu aset pariwisata yang Ajib maksudkan.

Baca Juga  Vivo V15 Resmi Meluncur dari Taman Air Mancur Sri Baduga Purwakarta

Bak Gayung bersambut. Ternyata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi pun sudah memiliki rencana besar dalam upaya melakukan branding Sate Maranggi Purwakarta. Dedi kemudian mengumpulkan seluruh pedagang sate maranggi di Purwakarta untuk diberikan pelatihan tentang branding mulai dari pola produksi, promosi hingga penjualan.

“Saya terima kasih sekali kepada Pak Bupati. Kang Dedi telah berhasil membuat Sate Maranggi Purwakarta mendunia, ini terus terang saja diluar dugaan. Berkahnya sampai pada kami pegadang maranggi di Purwakarta. Para pengunjung setiap harinya terus bertambah. Kalau akhir pekan kami bisa kewalahan melayani pengunjung,” kata Ajib. 

Kini usaha Sate Maranggi Ajib bertambah besar, warung ukuran 4×4 meter kini telah berubah menjadi beberapa meja makan dan tempat lesehan. Momentum ini dimanfaatkan oleh Ajib untuk membuat diferensiasi menu. Selain Maranggi, di Warung Maranggi Ajib Purwakarta kini kita bisa memenukan sop sumsum dengan bahan dasar sumsum sapi pilihan.

Di akhir obrolan siang ini, Ajib memberikan tips bahwa kerja keras dan inovasi menjadi kunci kesuksesan dalam berusaha.

Editor : Dicky Zulkifly