Idul Adha Momentum Penyembelihan Nafsu Anak

Foto : Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengajak seluruh masyarakat menjadikan Idul Adha sebagai momentum penyembelihan nafsu anak.

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengajak seluruh masyarakat menjadikan Idul Adha sebagai momentum penyembelihan nafsu anak. Hal ini dia sampaikan dalam sambutan jelang Salat Idul Adha di Masjid Ar Rahman Kampung Babakan Kupa Desa Nangewer Darangdan Purwakarta.

Bupati yang selalu mengenakan pakaian khas Sunda tersebut hadir bersama sang istri Anne Ratna Mustika lengkap beserta kedua puteranya Ahmad Maula Akbar Habibie Bungsu dan Yudisthira Manunggaling Rahmaning Hurip.

Peristiwa Idul Adha atau Idul Kurban menurut Dedi harus diteladani umat manusia. Nabi Ibrahim meminta kerelaan Ismail untuk disembelih menurutnya adalah simbol ikhtiar orang tua untuk ‘menyembelih’ hawa nafsu anaknya. Menurut Dedi ini penting dilakukan agar keinginan anak dalam kehidupan sehari-hari dapat terkendali oleh orang tuanya sendiri, tidak brutal dan amoral.

Baca Juga  Jabar Miliki Potensi Besar untuk Dikembangkan Secara Industri Digital

“Hari ini anak-anak kita inginnya beli motor, beli gadget, membeli barang-barang yang sebenarnya belum sesuai dengan usianya. Kondisi ini harus kita kembalikan pada pendidikan orang tua tempo dulu, mengarahkan anaknya untuk mencari kayu bakar di hutan agar mereka dapat merasakan pedih sejak kecil sehingga memiliki mental dan moral yang baik,” jelas Dedi di depan para jemaah Salat Idul Adha.

Baca Juga  LPI Depok Seru Beberapa Tempat Ini Tutup Selama Ramadan

Foto : Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengajak seluruh masyarakat menjadikan Idul Adha sebagai momentum penyembelihan nafsu anak.

Pemenuhan keinginan anak yang tidak pada takarannya menurut Bupati yang akrab disapa Kang Dedi tersebut dapat merusak ekonomi keluarga, bahkan gejala yang lebih luas dapat mengakibarkan rusaknya ekonomi sebuah komunitas masyarakat. Dia mencontohkan saat keinginan anak untuk membeli motor dipenuhi oleh orang tuanya, maka terpaksa para orang tua menjual sawah yang menjadi asset keluarga.

“Gejala yang massif seperti ini akan merusak tatanan ekonomi sebuah komunitas. Masing-masing anggota masyarakat menjadi konsumtif, mereka tidak lagi memproduksi domba, tidak lagi memproduksi sapi sehingga antrian panjang terjadi saat pembagian daging kurban,” kata Dedi menambahkan.

Baca Juga  Sederet Kebahagiaan dalam HUT Kota Depok ke-17

Bupati yang mengharuskan panitia kurban untuk mengantarkan daging kurban ke rumah para mustahiq-nya secara langsung ini kemudian memberikan bantuan kurban berupa satu ekor sapi dari kandang sapi pribadinya sendiri. Sapi tersebut dia serahkan kepada panitia kurban Masjid Ar Rahman.

Menurut pantauan, dalam acara Salat Idul Adha tersebut juga tampak hadir beberapa pejabat di lingkungan pemerintah daerah Purwakarta, jajaran Muspika Kecamatan Darangdan Purwakarta bahkan terlihat jemaah yang berasal dari sekitar wilayah Desa Nangewer.(*)

Editor : Dicky Zulkifly