Ki Jaga Raksa Jadi Saksi World Ethnic Festival Acara Penutup Hari Jadi Purwakarta

Foto : Kereta Kencana Ki Jaga Raksa membuka rangkaian acara penutup Hari Jadi Kabupaten Purwakarta ke-48 dan Purwakarta ke-185, Sabtu (27/8/2016).(Redaksi)

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Kereta Kencana Ki Jaga Raksa membuka rangkaian acara penutup Hari Jadi Kabupaten Purwakarta ke-48 dan Purwakarta ke-185, Sabtu (27/8/2016). Ki Jaga Raksa tampak keluar dari halaman Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, di bilangan Jl Veteran.

Foto : Bupati Purwakarta Kang Dedi Mulyadi menunggangi kuda putih sambil menyapa waega dalam pembuka Karnaval World Ethnic Festival.(Redaksi)

Foto : Bupati Purwakarta Kang Dedi Mulyadi menunggangi kuda putih sambil menyapa waega dalam pembuka Karnaval World Ethnic Festival.(Redaksi)

Kereta yang pernah membawa bendera pusaka dari Monas menuju Istana Negara pada peringatan Hari Kemerdekaan RI tingkat nasional tersebut terlihat ditarik oleh empat ekor kuda yang didatangkan secara khusus atas kerjasama pihak Pemkab Purwakarta dengan TNI dan Polri.

Foto : Bupati Purwakarta Kang Dedi Mulyadi menunggangi kuda putih sambil menyapa waega dalam pembuka Karnaval World Ethnic Festival.(Redaksi)

Foto : Bupati Purwakarta Kang Dedi Mulyadi menunggangi kuda putih sambil menyapa waega dalam pembuka Karnaval World Ethnic Festival.(Redaksi)

Tak lama setelah Kereta Kencana Ki Jaga Raksa bersiap di hadapan Patung Gus Dur untuk memulai pawai, terlebih dahulu disajikan tarian bernuansa etnik yang menceritakan tentang mata pencaharian orang Sunda yang berfokus pada sektor agraris.

Selain tarian tersebut, tersaji juga tarian tentang Prabu Siliwangi yang selama ini sudah menjadi ikon Kabupaten Purwakarta dalam mengamalkan nilai-nilainya melalui konteks kebijakan pemerintah daerah.

Baca Juga  Geliat Wisata Religi di Purwakarta

Foto : Bupati Purwakarta Kang Dedi Mulyadi menunggangi kuda putih sambil menyapa waega dalam pembuka Karnaval World Ethnic Festival.(Redaksi)

Puncak acara Hari Jadi Purwakarta iniĀ  berlangsung meriah. Ratusan ribu warga masyarakat tumpah ruah di sepanjang pinggiran jalan yang dilalui peserta karnaval bertajuk World Ethnic Festival ini. Acara ini diisi oleh pawai etnik kebudayaan dari Taman Pembaharuan, Jl Veteran menuju Taman Pesanggarahan Padjadjaran di Jl Mr Dr Kusumaatmadja Purwakarta.

Perwakilan 10 negara berbagai benua di dunia turut memeriahkan acara yang menjadi penutup seluruh kegiatan hari jadi kabupaten yang terkenal dengan Air Mancur Taman Sri Baduga tersebut.

Foto : Tarian bernuansa etnik yang menceritakan tentang mata pencaharian orang Sunda yang berfokus pada sektor agraris.(Redaksi)

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi langsung memimpin pawai tersebut. Dalam sambutannya, bupati yang karib disapa Kang Dedi ini mengatakan, manusia tidak pernah bisa dilepaskan dari unsur etnik. Malah menurut dia, unsur etnik manusialah yang dapat bertahan hidup karena darinya terbangun nilai-nilai kebudayaan dan peradaban.

Foto : Tarian tentang Prabu Siliwangi yang selama ini sudah menjadi ikon Kabupaten Purwakarta dalam mengamalkan nilai-nilainya melalui konteks kebijakan pemerintah daerah.(Redaksi)

ā€œEtnik itu identitas kemanusiaan, darinya manusia membangun kebudayaan dan peradaban. Sehingga sejatinya tanpa hal yang bersifat etnik, kita belum menjadi manusia seutuhnya,” kata Kang Dedi.

Foto : Penonton dibuat kagum oleh penampilan para delegasi perwakilan negara-negara dalam World Ethnic Festival.(Redaksi)

Baca Juga  Komisi I DPRD Purwakarta Dorong Kemudahan Administrasi Publik

Foto : Penonton dibuat kagum oleh penampilan para delegasi perwakilan negara-negara dalam World Ethnic Festival.(Redaksi)

Sebanyak 60 ekor kuda kemudian mulai bergerak menuju Taman Pesanggrahan Padjadjaran (Alun-Alun Purwakarta) setelah sepanjang perjalanan disambut oleh antusiasme ribuan warga. Setibanya di taman yang juga menghadirkan nuansa etnik Sunda karena terdapat Leuit (tempat penyimpanan padi hasil panen orang Sunda) dan Ranggon (saung bambu tempat petani mengusir hama padi dengan menarik tali yang dipasangi kaleng atau plastik) itu, seluruh delegasi unjuk kebolehan satu per satu.

Foto : Penonton dibuat kagum oleh penampilan para delegasi perwakilan negara-negara dalam World Ethnic Festival.(Redaksi)

Foto : Penonton dibuat kagum oleh penampilan para delegasi perwakilan negara-negara dalam World Ethnic Festival.(Redaksi)

Foto : Penonton dibuat kagum oleh penampilan para delegasi perwakilan negara-negara dalam World Ethnic Festival.(Redaksi)

Delegasi Mesir menampilkan Kesenian Tanoura, sebuah tarian bernuansa sufi khas Timur Tengah yang kemudian diadopsi oleh Syaikh Jalaludin Rumi menjadi Tarian Sema. Delegasi Meksiko menghadirkan pertunjukan khas Suku Aztec yakni Tlanextli Tlacopan Gorenka. Sementara delegasi Selandia Baru membawakan sebuah tarian bernama Pounamu.

Foto : Penonton dibuat kagum oleh penampilan para delegasi perwakilan negara-negara dalam World Ethnic Festival.(Redaksi)

Foto : Penonton dibuat kagum oleh penampilan para delegasi perwakilan negara-negara dalam World Ethnic Festival.(Redaksi)

Foto : Penonton dibuat kagum oleh penampilan para delegasi perwakilan negara-negara dalam World Ethnic Festival.(Redaksi)

Delegasi dari Amerika Serikat pun nampaknya tidak ingin kalah unjuk kemampuan, dengan telaten mereka menampilkan tarian Suku Indian bernama Houp. Jepang tampil dengan seni Nowadaiko, sementara Rusia menampilkan tarian rakyat Folk Dancing. Semangat kebebasan anti politik apartheid tercermin dari tarian yang dibawakan oleh delegasi Afrika Selatan.

Baca Juga  Jelang Penerimaan Penghargaan Dewan HAM PBB, Purwakarta Dikunjungi Kemenkumham

Foto : Delegasi Mesir menampilkan Kesenian Tanoura, sebuah tarian bernuansa sufi khas Timur Tengah.(Redaksi)

Foto : Penampilan dari TiongkokĀ  yang menghadirkan Kung Fu Shaolin.(Redaksi)

Delegasi Australia menghentak seluruh penonton yang hadir dengan Aboriginial Dance. Penonton pun dibuat berdecak kagum dengan penampilan dari TiongkokĀ  yang menghadirkan Kung Fu Shaolin. Sementara delegasi Indonesia tampil memukau dengan tarian Jaipong yang dipadukan dalam balutan musik kontemporer.

Foto : Penonton dibuat kagum oleh penampilan para delegasi perwakilan negara-negara dalam World Ethnic Festival.(Redaksi)

Foto : Penonton dibuat kagum oleh penampilan para delegasi perwakilan negara-negara dalam World Ethnic Festival.(Redaksi)

Komentar dari penonton pun bermunculan. Reza Aditya (26) warga DKI Jakarta tidak mampu menyembunyikan kekagumannya atas suguhan kesenian etnik ini. Dia mengaku sudah merencanakan sejak jauh-jauh hari untuk datang secara khusus ke Purwakarta karena melihat promo acara melalui media sosial Facebook.

Foto : Ratusan ribu warga masyarakat tumpah ruah di sepanjang pinggiran jalan yang dilalui peserta karnaval bertajuk World Ethnic Festival ini.(Redaksi)

“Luar biasa sekali ini acara, kesenian dari Indonesia bisa satu panggung dengan kesenian-kesenian dunia. Saya kira ini positif untuk menunjukan bahwa bangsa kita juga punya khazanah kebudayaan yang kuat,” pungkas Reza yang datang bersama seluruh anggota keluarganya itu.(adv)

Editor : Dicky Zulkifly