Presiden Minta Orang Pintar Indonesia yang Kini di Luar Negeri Bangun Bangsa Sendiri

Foto : Presiden Joko Widodo.(Yusuf Stefanus – headlinejabar.com)

JAKARTA, headlinejabar.com

Polemik pencopotan Arcandra Tahar sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) oleh Presiden Joko Widodo terus bergulir.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengimbau masyarakat, agar tidak melihat hanya dari sisi negatif.

Menteri Tjahjo menyampaikan keinginan Presiden Joko Widodo seputar menarik orang-orang Indonesia yang berada di luar negeri. Mereka diminta dapat bersama membangun bangsa.

Baca Juga  Rizieq Syihab Klarifikasi Ucapan "Campur Racun"

Diangkatnya Arcandra menjadi menteri ESDM adalah bentuk penarikan warga Indonesia (WNI) berprestasi di luar negeri oleh presiden. Menurutnya, Indonesia membutuhkan banyak tenaga ahli untuk membangun bangsa ini.

“Pak Jokowi ingin menarik kembali orang-orang pintar di luar negeri, untuk kembali membangun Indonesia,” kata Tjahjo di kantornya, Kamis (18/8/2016).

Permasalahan Arcandra dinilai Tjahjo, memberikan sinyal kuat bagi para diaspora. Mereka yang selama ini tinggal dan beraktivitas di luar negeri, harus bisa mengambil sikap. Apakah ingin menjadi warga asing, atau tetap menjadi warga Indonesia.

Baca Juga  Akuntan Mesti Paham Betapa Pentingnya Jaminan Sosial

“Prinsipnya, bagaimana membangun bahwa orang-orang pandai, para diaspora, harus jujur mengambil sikap, tetap sebagai WNA, atau WNI,” kata Tjahjo kepada wartawan.

Tjahyo mengumpamakan Presiden Pertama Indonesia meningkatkan daya saing bangsa. Banyak putra-putri Indonesia yang disekolahkan di luar negeri, dengan harapan kembali ke Tanah Air untuk membangun Indonesia.

Seperti BJ Habibie yang sebelumnya sekolah dan berkarir di Jerman. Selain itu, kata Tjahjo, juga ada Sri Mulyani, diaspora yang kini menjabat sebagai Menteri Keuangan RI.

Baca Juga  Wapres Mengingatkan Dalam Pengobatan Sebaiknya Back To Nature

“Inilah yang ingin Pak Jokowi tarik, buat apa kita ada orang pandai kalau dia di luar negeri,” ujarnya.(*)

Reporter : Yusuf Stefanus
Editor : Dicky Zulkifly