Open House, Bupati Purwakarta Undang Para Pakar
Foto : Bupati yang akrab disapa Kang Dedi ini memilih untuk memanfaatkan momen Idul Fitri untuk bersilaturahmi dengan warganya di rumah Ibu Asuhnya yang ke seratus, Mak Karsih (78) di Kampung Selabaya RT 13 RW 06 Desa Sawah Kulon Kecamatan Pasawahan, Purwakarta, Jawa Barat.(Redaksi)
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi Rabu (6/7/2016) kemarin mengadakan acara Open House yang tidak biasa. “Buka Rumah” yang biasa dilakukan di rumah dinas atau kediaman pribadi pejabat tersebut malah dilakukan di sebuah Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) oleh Bupati yang akrab disapa Kang Dedi tersebut. Rumah Mak Karsih (78) di Kampung Selabaya Desa Sawah Kulon pun dipilih oleh Dedi. Mak Karsih adalah seorang janda tua yang tinggal sebatangkara dan telah lama diterlantarkan oleh Anak-anaknya tanpa pernah ditengok sekalipun.
Langkah anti mainstream Bupati yang tengah menjalani masa jabatan untuk periode yang kedua ini pun mengundang komentar dari para akademisi kampus yang turut mengikuti perkembangan beritanya melalui media massa.
Firman Manan, Dosen Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Bandung mengatakan langkah Dedi Mulyadi merupakan ciri pemimpin yang mengedepankan originalitas. Dia menilai sudah menjadi kewajaran bagi pemimpin untuk terjun langsung mendengar keluh kesah masyarakat yang dia pimpin, bukan didatangi oleh masyarakat ke rumah dinas atau pendopo dan kantor.
“Tugas seorang pejabat publik itu kan membangun komunikasi publik yang baik. Inisiatifnya harus datang dari sang empunya jabatan, sebagai pemimpin formal maupun pemimpin kultur. Problematika masyarakat dapat diidentifikasi langsung dan diberikan solusinya,” kata Firman saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (7/7/2016).
Pernyataan Firman pun diamini oleh koleganya di Universitas Padjadjaran Idil Akbar. Selain mendukung pernyataan Firman, Idil juga berujar bahwa Bupati yang ketika remaja sempat berjualan es ini telah melakukan transformasi kepemimpinan, dalam ciri karakter masyarakat feodal lazimnya masyarakat mendatangi pemimpinnya. Tetapi masih menurut Idil, Dedi tidak melakukan itu. Dia lebih memilih datang langsung menemui masyarakat.
“Seringkali rumah dinas itu kurang bersahabat bagi rakyat kecil, ada penjagaan Satpol PP dan Protokoler dari para staf pejabat, Ini Kang Dedi meruntuhkan trend yang telah lama dibangun. Dia malah datang langsung ke rumah warga, memangkas kesan birokratis, mengedepankan kesan humanis sehingga masyarakat merasa memiliki pemimpin,” uar Peneliti Senior Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran tersebut melalui sambungan telepon.(*)
Editor : Dicky Zulkifly