Revolusi Teknologi Imersif di Industri Konstruksi Malaysia: Upaya Menuju Peningkatan Produktivitas dan Keamanan
KARAWANG, headlinejabar.com
Industri konstruksi Malaysia kini berada di ambang revolusi digital dengan adopsi teknologi imersif, seperti Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan Mixed Reality (MR).
Dengan dukungan Construction Industry Development Board (CIDB), transformasi ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, keamanan, dan kualitas konstruksi secara signifikan.
Menurut Pembantu Rektor Kemahasiswaan dan Alumni, UBP Karawang Dr. Uus MD Fadli, berdasarkan laporan CIDB, teknologi imersif diakui sebagai elemen kunci dalam mendorong efisiensi proyek dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja asing.
“Salah satu inisiatif yang digalakkan oleh CIDB adalah Rencana Strategis Konstruksi 4.0 (2021-2025), yang bertujuan untuk memperkenalkan otomatisasi, robotika, IoT, dan teknologi imersif ke dalam sektor konstruksi. Program ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing industri konstruksi Malaysia di era digitalisasi global,” jelasnya
Studi CIDB mengungkapkan bahwa kesadaran akan teknologi imersif di kalangan perusahaan konstruksi di Malaysia saat ini masih tergolong sedang. Meskipun teknologi Building Information Modelling (BIM) telah mulai digunakan oleh sekitar 13,5% perusahaan, penerapan teknologi VR dan AR masih dalam tahap awal. Para ahli menilai, teknologi imersif ini memberikan banyak manfaat, mulai dari visualisasi desain yang lebih mendalam hingga pelatihan karyawan dalam lingkungan simulasi yang aman.
Di tingkat internasional, teknologi imersif juga menjadi fokus penelitian di berbagai universitas terkemuka seperti University of Melbourne dan Cambridge University. Dukungan dari pusat penelitian seperti Melbourne Human-Computer Interaction (HCI) Group serta Centre for the Future of Intelligence (CFI) di University of Cambridge memperkuat potensi teknologi ini dalam meningkatkan efisiensi dan keselamatan di sektor konstruksi.
Namun, menurut Profesor Madya. Dr. Md. Asrul Nasid Masrom, Pembantu Dekan (Penelitian, Pembangunan dan Penerbitan) adopsi teknologi imersif di Malaysia dihadapkan pada tantangan besar, termasuk biaya tinggi dan kekurangan tenaga kerja terampil di bidang digital.
Untuk itu, kolaborasi antara sektor publik dan swasta diharapkan dapat mempercepat penerapan teknologi ini. Pemerintah Malaysia pun mulai memberikan insentif bagi perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi konstruksi digital melalui dana hibah.
“Dengan potensi besar dalam mengurangi biaya, waktu, serta meningkatkan keselamatan, teknologi imersif membawa harapan baru bagi sektor konstruksi. Transformasi ini diharapkan dapat menjadi solusi nyata bagi perkembangan industri konstruksi yang lebih aman, efisien, dan berkualitas di Malaysia,” pungkasnya.