Baznas Bina Peternak Milenial

Iin Solihin (26) peternak Hittaci binaan Baznas saat memberi makan domba peliharannya.

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Badan Amil Zakat Nasional melaunching program balai ternak pada kelompok ternak milienial Himpunan Ternak Tani Cipangasaman (Hittaci) di Desa Legokhuni, Kecamatan Wanayasa, Purwakarta, Kamis (8/4/2021).

Ketua Lembaga Pemberdayaan Peternak Mustahik Baznas Pusat Ajat Sudrajat mengatakan, berdasarkan data yang ada, Kabupaten Purwakarta sebagai daerah dengan peternakan domba terbesar di Jawa Barat.

“Kita punya dua program penyaluran zakat bagi mustahik. Pertama untuk mustahik perkotaan, kedua mustahik perdesaan. Khusus perdesaan kita fokuskan untuk bertani dan berternak,” kata Ajat.

Baca Juga  Antisipasi La Nina, Jasa Tirta II Terus Pantau Muka Air

Termasuk, data di Baznas, masyarakat miskin dalam hal ini mustahik masih mendominasi sebarannya di perdesaan. Atas alasan ini, guna mengentas kemiskinan, Baznas fokus membina kelompok ternak milenial untuk lebih produktif.

“Alhamdulillah pihak pemerintah daerah di Purwakarta juga ikut mensuport,” katanya.

Di Hittaci Cipangasaman baru terdapat 25 orang peternak dengan masing-masing mengurus sembilan ekor domba. Targetnya, Baznas membina hingga 45 orang dalam kelompok ternak ini.

Baca Juga  Bupati Tolak Jargon Purwakarta Kembali Jadi Kota "Tasbeh"

“Tiap peternak dapat sembilan ekor domba. Terkait pemasaran, ada yang dipasarkan sendiri, ada yang dibantu warung sate atau rumah makan. Ke depan mereka para peternak ini kita dorong bikin rumah makan sate,” ujarnya.

Sekretaris Daerah Purwakarta Iyus Permana menyambut baik program ini. Sekarang, ternak domba tengah jadi tren. Pihaknya akan membantu dari sektor pembuatan pakan berbasis teknologi.

Baca Juga  Wadahi Kreatifitas Budak Ngora, Purwakarta Kini Miliki Creative Center

“Soal teknologi pakan, akan dibina oleh dinas peternakan, nanti ada teknoliginya, sehingga para peternak kita gak harus capek-capek cari rumput,” ujar Iyus.

Peternak milenial Hittaci Iin Solihin (26) mengaku kesulitan saat berbicara pakan. Meski di kampungnya banyak kebun, tapi tidak semua menghasilkan rumput yang berkualitas.

“Kita sudah sisihkan 10 persen keuntungan untuk pengembangan pakan. Mudah-mudahan pihak dinas terkait bisa bantu carikan solusinya,” ujar Iin.(dik)