AMSI ‘Gebrak Meja’ Jasa Tirta II, Minta Dua Hal

Direktur Utama Jasa Tirta II Imam Santoso memberikan plakat kepada Ketua AMSI Jabar Riana A Wangsadiredja.

MASALAH kesejahteraan jurnalis di daerah, saat ini tak lagi menjadi persoalan yang prinsip. Masalah mempertanggungjawabkan prinsip dirinya sendiri di hadapan tantangan idealisme era industrialisasi pers modern, itu yang mesti diperdebatkan.

DIKY JULKIFLI
headlinejabar.com

Riana A Wangsadiredja, Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Barat, berbicara lantang di hadapan Direktur Utama Jasa Tirta II.

Momen media fellowship program, dijadikan Riana untuk menyampaikan pesan jika tantangan pers saat ini bukan pada ranah-ranah yang bersifat pragmatisme semata.

“Tapi pada masalah kualitas konten dan kompetensi insan pers awak media itu sendiri,” kata Riana, saat memberikan sambutan dalam media fellowship program Jasa Tirta II di Istora Jatiluhur, Rabu (31/3/2021) malam.

Bayangkan saja, sekelas jurnalis media mainstream di Purwakarta saat ini, ada yang sukses di bidang lain.

Baca Juga  Truk Fuso Tabrak Rumah di Cianjur, Dua Orang Tewas

“Artinya permasalahan kesejahteraan jurnalis, bukan lagi hal yang mesti kita perdebatkan. Sudah selesai,” kata Riana.

Lantas, alasan mendasar apa sehingga dia berkata jika jurnalis dihadapkan pada tantangan persaingan pers.

“Masalah jurnalis hari ini adalah bagaimana dia bisa meningkatkan kualitas konten, dan kompetensinya sebagai insan pers,” katanya.

Kualitas konten yang dimaksud Riana tak lain adalah pemberitaan yang bisa dipertanggungjawabkan pada publik. Ya, publik. Jika berkaca pada ideologi pers nusantara yang agak mirip-mirip berideologikan social responsibility press atau pers bertanggung jawab sosial.

“Konten pemberitaan semata-mata harus disandarkan pada kepentingan publik,” katanya.

Apa yang dikata Ketua AMSI Jawa Barat banyak benarnya juga. Hal yang bisa dipersaingkan di tengah disrupsi pers saat ini adalah konten yang berkualitas.

Baca Juga  HUT Kota Depok, Anggota Dewan Puas dengan Kinerja Pemkot

“Dan yang harus kita pikirkan saat ini bagaimana caranya Jasa Tirta II bisa mendukung sebaran konten berkualitas dalam praktik komunikasi massa,” katanya.

Tentu, media fellowship program ini menjadi setengah dari satu kesatuan utuh persentase kualitas konten media massa saat ini.

“Kita harapkan Jasa Tirta II bisa memberikan konten berkualitas dengan praktik informasi yang terbuka, edukatif, dan berbasis data,” ujarnya.

Bagi Riana, dengan kualitas konten yang baik, pers nusantara akan lebih berkualitas. Termasuk jika kompetensi insan persnya terjamin, iklim jurnalistik nusantara akan tetap sehat.

Baca Juga  KPK Ganjar Purwakarta Terbaik LHKPN se-Jawa Barat

“PWI tiap tahun rutin menggelar uji kompetensi wartawan, dan ini satu-satunya cara untuk mengetahui mana jurnalis kompeten mana yang belum. Hanya melalui UKW,” katanya.

Terakhir, perusahaan media saat ini dililit isu lingkungan bisnis. Penulis buku, Haris Sumadiria, menyebut jika pers hanya akan bisa berdiri kokoh apabila bertumpu pada tiga pilar penyangga utama yang satu sama lain berfungsi saling menopang. Pilar idealisme, komersialisme, dan profesionalisme.

Mengenai penyelamatan lingkungan bisnis media, Riana meminta dua hal pada Jasa Tirta II.

“Jasa Tirta II harus bersedia memasang advertorial konten-konten kualitas di media massa, kedua saya minta Jasa Tirta II untuk mendukung semua program peningkatan kapasitas dan kompetensi insan pers,” ujar Riana.